Pengaturan sekresi hormon selama siklus menstruasi
Pada wanita, Gonadoliberin atau Gn-RH meningkatkan pelepasan FSH dan LH dari lobus anterior hipofisis. Gn-RH dilepaskan tiba-tiba dengan interval 1,5 jam sebelum ovulasi dan 3-4 jam sesudahnya.
Selama fase folikular siklus menstruasi, sekresi Lh relative tetap rendah. Pada hari ke-12 sampai ke-13 produksi estrogen ditingkatkan oleh FSH, menyebabkan peransangan terhadap pelepasan FSH dan LH, yang pada gilirannya meransang pelepasan estrogen. Melalui putaran umpan balik positif, kadar Lh yang sangat tinggi dalam darah dengan cepat dicapai dan memulai ovulasi pada hari ke-14. bila peningkatan Lh secara tiba-tiba tidak berlansung, atau peningkatannya terlalu kecil, maka ovulasi tidak terjadi dan oleh karena itu kehamilan tidak dapat terjadi (infertilitas anovulatori).
Pada fase luteal siklus menstruasi, estrogen dan progesteron mempunyai efek penghambat terhadap sekresi FSH dan LH, salah satu akibatnya adalah untuk mencegah pematangan folikel lebih lanjut. Penghambatan pelepasan hormone gonadotropin oleh estrogen dan progesterone pada dua setengah siklus menyebabkan umpan balik negative, sehingga eksresi estrogen dan progesterone menurun pada akhir siklus dan pada hari ke-26 akan menurun secara drastis, mungkin memulai terjadinya perdarahan menstruasi.
Estrogen
Hormone estrogenic bertanggung jawab untuk perkembangan cirri-ciri seksual wanita. Estrogen juga meningkatkan perkembangan mukosa uterus, proses fertilisasi, dll. Kerja persiapan estrogen persiapan estrogen terdapat pada beberapa tempat ( uterus ) adalah penting untuk progesteron untuk menimbulkan efek optimalnya.
Tempat pembentukan estrogen adalah ovarium ( sel granulosa dan sel teka ), plasenta, korteks adrenal, dan sel interstisial leydig dalam testis. Disamping estrogen yang paling penting, estradiol ( E2 ), estrion ( E1 ), dan estriol ( E3 ), juga mempunyai aktivitas seperti estrogen, walaupun lebih lemah ( aktivitas relatif E2 : E1 : E3= 10 : 5 : 1 ). Untuk transpor dalam darah, E2 terikat pada suatu protein spesifik. Hasil pemecahan utama dari E2 adalah E3.
Efek estrogen
- Ovarium: E2 meningkatkan pematangan volikel dan telur.
- Uterus: E2 merangsang proliferasi ( perkembangan ) mukosa uterus dan memperkuat kontraksi otot uterus.
- Vagina: E2 menyebabkan penebalan mukosa dan meningkatkan pengelupasan sel epitel pengandung glikogen. Glikogen memungkinkan produksi asam laktat lebih banyak oleh bekteri doderlein, yang menurunkan ph vagina menjadi 3,5 sampai 5,5, sehingga menurunkan bahaya infeksi.
- Serviks: serviks dan sumbatan mukusnya memiliki suatu barier terhadap masuknya sperma ke dalam uterus. Eestrogen mengubah konsistensi mukus dengan cara sedemikian, terutama pada waktu ovulasi, sehibgga migrasi sperma di permudah dan waktu kehidupannya di tingkatkan.
- Fertilisasi: E2 mengatur kecepatan migrasi ovum sepanjang tuba falopi dan mempersiapkan sperma penetrasi kedalam ovum.
- Darah: estrogen meningkatkan kekuatan pembekuan darah, sehingga sedikit meningkatkan bahaya trombosis yang berhubungan dengan pil.
- Keseimbangan garam dan air:E2 menyebabkan retensi air dan garam didalam ginjal.
- Kulit: E2 membuat kulit lebih lembut dan lebih tipis, menyebabkan pengurangan kelenjar sebasea dan meningkatkan jumlah lemak yang di deposit di bawah kulit.
- Susunan saraf pusat: estrogen mempengaruhi tingkah laku seksual dan sosial, dan reaksi psikis.
Kecepatan rata-rata sekresi estradiol ( mg/hari )
Wanita
| 0,1 0,2-0,3 0,7 0,3 8-15 |
Pria | 0,1 |
Gestagen/ Progesteron
Gestagen yang paling poten adalah progesteron. Progesteron terutama diproduksi selama fase sekretori atau fase luteal dari siklus menstruasi. Fungsi utama progesteron adalah untuk mempersiapkan saluran genital wanita terhadap penerimaan dan pematangan ovum yang telah dibuahi dan mempertahankan kehamilan.
Tempat pembentukan progesterone adalah di korpus luteum, folikel plasenta dan juga pada pria, korteks adrenal. Biosintesis progesterone dimulai dari kolesterol melalui pregnenolon. Transport progesterone ini dalam plasma memerlukan protein pengikat progesterone yang spesifik, dan hsil pemecahannya yang utama adalah pregnandiol.
Kerja progesterone: untuk hampir semua efek progesterone memerlukan estradiol sebagai suatu kerja pendahuluan atau simultannya. Pada fase folikular siklus menstruasi, estradiol meningkatkan protein rseptor intraselular intuk progesterone. Jumlahnya menurun lagi selama fase luteal.
Uterus adalah organ target yamg paling penting untuk progesterone. Menyertai persiapan efek estradiol, progesterone meransang pertumbuhan otot uterus (miometrium), menyebabkan gangguan sekresi mukosa uterus (endometrium) yang telah dikembangkan oleh kerja estradiol, dan juga mengubah kandungan glikogen dan penyaluran vascular. Pergantian ini mencapai puncaknya sekitar hari ke-22 dari siklus. Pada saat ini, progesterone juga berperan bila terjadi nidasi dari ovum yan telah dibuahi. Kerja progesterone yang memanjang mengakibatkan kemunduran endometrium, yang kemudian tidak cocok untuk nidasi. Progesterone juga mengurangi aktifitas miometrium, terutama pada saat kehamilan.
Pada serviks, progesterone mengubah konsistensi sumbatan mucus sedemikian rupa, sehingga menjadi hamper tidak dapat dilalui sperma. Efek ini merupakan dasar sebagian kerja kotrasepsi dari progesterone pada fase pertama siklus. Pada buah dada, progesterone bersama prolaktin , STH dan hormone lainnya meningkatkan perkembangan duktus (saluran) susu.
Pengaruh progesterone pada sel hormone lainnya: pada fase luteal progesterone menghambat pelepasan LH. Bila gestagen se[perti progesterone juga diberikan pada fase folikular, efek penghambatan mengganggu beberapa perluasan ovulasi. Bersama dengan efek pada serviks dan kerja penghambatan pada kapasitasi sperma, hal ini mempunyai efek kontrasepsi.
Pada ginjal, progeteron menghambat kerja aldosteron, yang menyebabkan peningkatan ekskresi NaCl.
Kecepatan rata-rata ekskresi progesterone.
Sumber | Kecepatan sekresi (mg/hari) | Konsentrasi (µg/l plasma) |
Wanita
| 4 30 90 320 - 0,7 | 0,3 15 40 130 20 0,3 |
Hubungan antara Kadar Hormone dan Perubahan siklus Ovarium dan Uterus
Keterangan gambar:
Selama fase folikel (paruh prrtama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan estrogen dibawah pengaruh FSH, LH dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi terus meningkat tersebut:
1. menghambat sekresi FSH yang menurun selama bagian terakhir fase folikel.
2. secara inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel.
Pada saat pengeluran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi tersebut memicu lonjakan ekskresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi.
Sel-sel folikel lama iubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesterone serta estrogen selama fase luteal (paruh terakhir siklus ovarium). Progesterone sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesterone dan estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormone hipofisis anterior ini kembali meningkat dan meransang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikel.
Fase-fase uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormone-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akan nutrient dan pembuluh darah terlepas (fase haid uterus). Setelah ovulasi, progesterone dari korpus luteum menimbulkan perubahan vascular dan sekretorik di endometrium yang telah diransang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik atau progestasional, uterus). Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailan fase folikel dan fase haid uterus yang baru.
MENSTRUASI
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah. Terjadilah menstruasi.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium, akan menjadi vasopastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepaan bahan vasokonstriktor-mungkin salah satu tipe vasokostriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada saat ini.
Vasopasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangang hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskular endometrium, dan daerah perdarahan akan bertambah besar denagn cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Perlahan-lahan lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepaas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan superfisial endometrium sudah berdeskuamasi. Masa jaringan deskuamasi dan darah di dalam cavum uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam lapisan yang terdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus.
SIKLUS OVARIUM
Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di dalam kapsul ovarium. Tiap-tiap folikel emngandung sebuah ovum imatur. Pada permulaan setiap daur, beberapa folikel membesar, dan terbentuk suatu rongga di sekitar ovum (pembentukan antrum). Rongga ini terisis oleh cairan folikel. Pada manusia, biasanya satu folikel dari salah satu ovarium mulai tumbuh cepat pada sekitar ari keenam dan menjadi folikel dominan, sementara yang lain mengalami regresi, dan membentuk folikel atretik. Proses atresia ini melibatkan apoptosis. Tidak diketahui cara pemilihan satu folikel menjadi folikel dominan dalam fase folikular daur haid ini.
Sel teka interna folikel adalah sumber utama estrogen dalam darah. Namun, cairan folikel memiliki kandungan estrogen yang tinggi dan banyak dari estrogen ini berasal dari sel granulosa.
Pada sekitar hari ke-14 siklus, folikel yang membesar menjadi pecah, dan ovum terlepas kedalam rongga abdomen. Ini adalah proses ovulasi. Ovu diambil oleh ujung-ujung tuba uterine yag berfimbria. Ovum disalurkan ke uterus, dan keluar melalui vagina bila tidak terjadi pembuahan.
Folikel yang pecah pada saat ovulasi segera terisi darah, dan membentuk sesuatu yang kadang-kadang disebut sebagai korpus hemoragikum. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah yang berlangsung singkat (“mittclschmerz”). Sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat dig anti oleh sel luteal yang kaya lemak berwarna kekuningan, membentuk korpus luteum. Hal ini mencetus fase luteal daur haid, saat sel luteum menyekresikan estrogen dan progesterone. Pertumbuhan korpus luteum bergantung pada kemampuanya membentuk vaskularisasi untuk mendapatkan darah.
Bila terjadi kehamilan, korpus luteum akan bertahan dan biasanya tidak terjadi lagi periode haid sampai setelah melahirkan. Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum mulai mengalami degenerasi sekitar 4 hari sebelum haid berikutnya dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat, yang membentuk korpus albikans.
Pada manusia, tidak ada ovum baru yang terbentuksetelah lahir. Selama perkembangan masa janin, ovarium mengandung lebih dari 7 juta folikel primordial. Namun, banyak yang mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan yang lain menghilangkan setelah lahir. Pada saat lahir terdapat 2 juta ovum, namun 50% nya mengalami atresia. Sejuta ovum yang normal mengalami bagian pertama pembelahan meiosis I di sekitar periode ini dan masukm kedalam tahap istirahat dalam stadium profase tempat ovum yang bertahan menetap sampai masa dewasa. Proses atresia berlanjut selama perkem bangan sehingga jumlah ovum di kedua ovarium pada saat pubertas adalah kurang dari 300.000. hanya satu dari ovum-ovum ini yang secara normal mencapai kematangan per siklus (atau sekitar 500 selama masa reproduksi normal); sisanya berdegenerasi. Tepat sebelum ovulasi, pembelahan meiosis pertama selesai. Salah satu sel anak, oosit sekunder, menerima sebgaian besar sitoplasma, sementara yang lain, badan polar pertama, terpecah-pecag dan menghilang. Oosit sekunder segera memulai pembelahan meiosis kedua, tetapi pekbelahan ini terhenti pada metaphase dan dilanjutkan hanya jika sperma terlepas dan dilanjutkan hanya jika sperma menembus oosit. Pada saat itu, badan polar kedua terlepas dan ovum yang dibuahi terus berkembang menjadi individu baru.
SIKLUS UTERUS
Pada akhir menstruasi, semua lapisan endometrium, kecuali lapisan dalam telah terlepas. Kemudian terbentuk kembali endometrium baru dibawah pengaruh estrogen dari folikel yang sedang tumbuh. Ketebalan endometrium cepat meningkat dari hari ke-5 sampai ke-14 daur haid. Seiring dengan peningkatan ketebalan, kelenjar uterus tertarik keluar sehingga memanjang, namun kelenjar tersebut tidak menjadi berkelok-kelok atau mengeluarkan sekret. Perubahan endometrium disebut foliferatif, dan bagian daur haid ini kadang-kadnag disebut fase polferatif. Fase ini juga disebut fase praovulasi atau folikular. Setelah ovulasi, vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan endometrium menjadi agak sembab di bawah pengaruh estrogen dan progesterone dari korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung dan berkelok-kelok, serta mulai menyekresikan cairan jernih. Akibatnya, fase daur ini disebut fase sekretorik atau luteal. Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis anterior menghasilkan prolaktin, namun fungsi prolaktin endometrium ini tidak diketahui.
Endometrium diperdarahi oleh dua jenis arteri. Dua pertiga endometrium bagian superficial yang terlepas sewaktu haid, yaitu stratum fungsional, dipasok oleh arteri spiralis yang panjang dan berkelok-kelok (gambar 23-26), sedangkan lapisan sebelah dalam yang tidak terlepas, yakni stratum basal, diperdarahi oleh arteri basilaris yang pendek dan lurus.
Pada saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormone untuk endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, menambah gulungan arteri spiralis. Fokus nekrosis kemudian bermunculan di endometrium kemudian bersatu. Selain itu, terjadi spasme dan degenerasi dinding arteri spiralis, yang menyebabkan timbulnya bercak perdarahan yang kemudian menyatu dan menghasilkan darah haid.
Vasospasme mungkin ditimbulkan oleh prostaglandin yang dilepaskan secara local. Dalam ondometrium fase sekretorik dan darah haid, banyaj ditemukan prostaglandin, dan pemberian PGF2α menyebabkan nekrosis endometrium dan perdarahan.
Ditinjau dari fungsi endometrium, fase proliferative daur haid mencerminkan pemulihan epitel dari haid sebelumnya, dan fase sekretorik mencerminkan persiapan uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Lama fase sekretorik sangat konstan yaitu sekitar 14 hari, dan variasi lama daur haid tampaknya sebagain besar disebabkan oleh variasi lama fase proliferative. Bila pembuahan tidak terjadi selama fase sekretorik, endometrium akan terlepas dan dimulai daur yang baru.
Mekanisme menstruasi :
a) Fase menstruasi
Lepasnya lapisan fungsional endometrium, yang disebut menstruasi atau haid. Meskipun hal ini sebenarnya merupakan akhir siklus menstruasi, namun awiatan menstruasi lebih mudah ditentukan sehingga dapat digunakan titik permulaan. Menstruasi berlangsung sekitar 2 sampai 8 hari dengan rata-rata 3 sampai 6 hari. PAda saat ini, sekresi FSH meningkat dan beberapa folikel ovarium mulai tumbuh.
b) Fase folikuler/proliferasi
FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan mensekresi estrogen oleh sel folikel. Sekresi LH juga menigkat, namun lebih lambat. FSH dan estrogen memicu dan kematangan ovum dan estrogen merangsang poertumbuhan pembuluh darah pada endometrium untuk regenerasi lapisan fungsional. Fase ini berakhir dengan ovulasi, ketika peningkatan LH yang tajam, menyebabkan ruktur folikel ovarium matang.
c) Fase luteal/sekresi
Dibawah pengaruh LH folikel yang ruktur tersebut menjadi korpus loteum dan mulai mensekresi progesteron. Progesteron merangsang lebih lanjut pertumbuhan pembuluh darah pada lapisan fungsional endometrium dan memicu penyimpanan zat makanan, seperti glikogen. Saat sekresi progesteron meningkat, sekresi LH akan menurun, dan bila ovum tidak dibuahi, sekresi progesterone juga mulai menurun. Tanpa progesteron, endometrium tidak dapat dipertahankan dan mulai meluruh dalam menstruasi. Sekresi FSH mulai meningkat ( saat estrogen dan progesteron) dan siklus di mulai lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC
Agamemnon Despopoulos, M.D..2003. Color Atlas of Physiology 5th edition. New York: Thieme
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC
Handojo, Yurita. 2000. Atlas Berwarna dan Text Fisiologi. Edisi 4. Jakarta: Hipokrates
Lauralee Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:EGC
Rizzo,Donald C. 2001. Delmar’s Fundamentals of Anatomy And Physiology. USA: Delmar
Valerie C. Scanlon, PhD. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology 5ED. Philadelphia:F.A. Davis Company
Snell, Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. EGC: Jakarta.
No comments:
Post a Comment